Seiring pergeseran prioritas yang mengarah kepada isu lingkungan dan keberlanjutan, terdapat peningkatan perhatian terhadap keterlibatan bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) dalam mitigasi tantangan lingkungan. Pengembangan STEM tidak lagi bersifat linear – berhubungan teknik dan teknologi – melainkan juga terkait ilmu sosial landasan yang menghubungkan teknik dan teknologi.
ASYX CEO, Lishia Erza hadir sebagai pembicara dalam kegiatan "Women Leaders in STEM: Taking Actions for a more Sustainable Future" yang membahas STEM dari konteks bisnis, melalui potensial pasar dan mengemukakan bahwa market sekarang sudah peduli akan isu keberlanjutan dari apa yang mereka makan dan pakai. Bahwa tren bisnis dan tren rantai pasok global kini mengedepankan pada aspek keberlanjutan.
Saat ini, salah satu tantangan yang dihadapi adalah budaya yang masih belum ramah dengan konsep STEM. Hal tersebut dilihat dari 63 juta entitas usaha, hanya 5.000 UKM merupakan pemilik usaha besar dimana mereka menggunakan data dan critical thinking dalam membuat keputusan. Ditambah lagi, posisi STEM dan peran perempuan belum menjadi prioritas bagi Indonesia. Sehingga banyak keputusan yang diambil tidak berbasis data dan kurang ramah terhadap gender.
Untuk mengubah dan memajukan STEM, khususnya perempuan dalam STEM, penting bagi kita untuk melakukan kolaborasi. Hal ini akan mempercepat terciptanya keberlanjutan dengan menerapkan prinsip STEM dengan melibatkan masing-masing stakeholder. Kita hidup di ekosistem masyarakat yang demokratis, sehingga semua peran ada dan perlu dimulai dari kepercayaan antar stakeholder. Lalu, kita bisa melihat apa saja nilai yang dapat dikontribusikan melalui gerakan kontributif ini.